BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mengajar
bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, melainkan yang terpenting
adalah bagaimana bahan pelajaran tersebut dapat disajikan dan dipelajari oleh
siswa secara efektif dan efisien. Dalam
pembelajaran sangat diperlukan adanya cara atau teknik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Agar tujuan tersebut tercapai dengan baik maka diperlukan
kemampuan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar. Apabila kemampuan
tersebut telah dimiliki, maka akan lebih
mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Untuk
membantu dalam memiliki kemampuan tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang :
1. Hubungan tujuan
pembelajaran dengan metode mengajar
2. hubungan pengalaman
belajar dengan metode mengajar
3. kondisi yang
diperlukan dalam pencapaian tujuan belajar.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.
Pengertian Metode
Metode,adalah cara,yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.
Hal ini berlaku baik bagi guru (metode
mengajar) maupun bagi siswa (metode
belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin
efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad) .
Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru)
untuk mencapai tujuan
Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru)
untuk mencapai tujuan
B.
Pengertian Mengajar
Ada beberaapa pengertian yang digunakan
untuk mendefinisikan kegiatan mengajar. Antara lain: .
1. Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa.
1. Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa.
2. Definisi modern menolak Pandangan klasik
seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan.
Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan
ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan
pendapat tersebut antara lain : Nasution, yang merumuskan bahwa mengajar adalah
suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar.
3. Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa
mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru
dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Tordif
berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
(guru) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan
kegiatan belajar. Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar
adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana
menyelidiki. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas
yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti
peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber
pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar
secara aktif dan kreatif.
C.
Pengertian sekolah Dasar
Sekolah Dasar adalah tingkat
satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan, dan didalamnya
terjadi proses belajar dan pembelajaran dan interaksi antara guru dan peserta
didik, pendidikan ini diselenggarakan utuk anak yang telah berusia tujuh tahun
dengan asumsi bahwa anak dengan usia tersebut
mempunyai tingkat pemahaman dan pendidikan yang sesuai dengan dirinya.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Hubungan Pembelajaran dengan
Metode Mengajar
Pembelajaran
merupakan kegiatan yang bertujuan, yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan
aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan adanya alternatif
metode mengajar yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam prosesnya guru perlu menggunakan metode mengajar secara
bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan
sebelumnya.
1.
Prinsip dan Fungsi Metode
Mengajar dalam Pembelajaran
Ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar,
prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa,
diantaranya:
a)
Metode mengajar harus memungkinkan dapat
membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran
(curriosity).
b)
Metode mengajar harus memungkinkan dapat
memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
c)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar
melalui pemecahan masalah.
d)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk
selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptis).
e)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk
melakukan penemuan (berinkuiri) terhadap sesuatu topik permasalahan.
f)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu
menyimak.
g)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk
belajar secara mandiri (independent study).
h)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk
belajar secara bekerja sama (cooperative learning).
i)
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk
lebih termotivasi dalam belajarnya.
Penggunaan
metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut:
a) Sebagai alat atau
cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b) Sebagai gambaran
aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
c) Sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran.
d) sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran, apakah
dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu
atau kelompok.
Memperhatikan
beberapa prinsip dan fungsi metode mengajar di atas, betapa metode mengajar ini
sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus secara analisis dan fleksibel
menentukan metode apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan efesian.
2.
Jenis dan Ranah Tujuan
Pembelajaran
Tujuan
pendidikan yang ingin dicapai mengenal beberapa tingkatan antara lain, tujuan
yang paling tinggi yaitu Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), kemudian dijabarkan
ke dalam Tujuan satuan Pendidikan (Institusional), Tujuan bidang Studi/Mata
Pelajaran, dan Tujuan Pembelajaran (Instruksional).
Tujuan
institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan,
misalnya SD, SMP, SMU dan seterusnya. Tujuan bidang studi adalah tujuan yang
harus dicapai oleh suatu mata pelajaran atau suatu bidang studi, sedangkan tujuan
instruksional adalah tujuan yang harus dicapai dalam suatu pokok bahasan
tertentu.
Kriteria
pokok dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yang harus dikembangkan
oleh guru adalah sebagai berikut:
a) Harus mengacu pada
tujuan pembelajaran umum.
b) Harus jelas dan
berdasarkan perilaku yang dapat diamati (observable)
c) Harus dapat diukur (measurable)
d) Harus dirumuskan
secara spesifik
e) Harus menggambarkan
adanya komponen ABCD, A (Audience/siswa), B (Behavior/perilaku), C
(Condition/kondisi) dan D (Dregree/standar).
Menurut Benjamin S. Bloom (1956), dalam bukunya Taxonomy of Education Objectives, ranah
tujuan pembelajaran terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor.
a.
Kognitif
a) Pengetahuan, lebih
menitikberatkan pada kemampuan mengetahui, atau untuk mengingat sesuatu.
b) Pemahaman, lebih
menekankan pada kemampuan menterjemahkan, memahami sesuatu.
c) Penerapan, lebih
menekankan pada kemampuan membuat, mengerjakan atau menggunakan teori/rumus.
d) Analisis, lebih
menekankan pada kemampuan mengkaji, menguraikan, membedakan, mengidentifikasi
dan seterusnya.
e) Sintesis, Lebih
menekankan pada kemampuan menggabungkan, mengelompokan, menyusun, dan membuat
rencana program.
f) Evaluasi, Lebih
menekankan pada kemampuan menilai berdasarkan norma atau kemampuan menilai
pekerjaan sesuatu.
b.
Afektif
a) Penerimaan, lebih
menekankan pada kemampuan peka.
b) Partisipasi, lebih
menekankan pada turut serta pada suatu kegiatan.
c) Penilaian dan
penentuan sikap
d) Organisasi.
e) Pembentukan pola
hidup, menekankan pada penghayatan hidup.
c.
Psikomotor
a) Persepsi, lebih
menekankan pada kemampuan berpendapat.
b) Kesiapan, kemampuan
bersiap diri secara fisik.
c) Gerakan terbimbing,
kemampuan dalam meniru pekerjaan yang lain atau meniru contoh.
d) Gerakan terbiasa,
keterampilan yang berpegang pada pola.
e) Gerakan yang kompleks,
keterampilan yang lincah, cepat dan lancar.
f) Penyesuaian.
g) Kreativitas,
kemampuan dalam menciptakan pola baru.
Tujuan
pembelajaran khusus dapat dikatakan sebagai anabling
objectives artinya tujuan pembelajaran yang harus dicapai selama proses berlangsung sedangkan
tujuan pembelajaran umum dapat dikatakan sebagai target objectives yang artinya tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai setelah pembelajaran selesai (Gagne:
1978; 97).
3.
Pentingnya Metode Mengajar
dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran
Metode
mengajar memiliki keterkaitan yang kuat dengan tujuan pembelajaran. Keterkaitan
tersebut dapat dilihat dari gambaran perilaku yang harus dimiliki oleh siswa
setelah jam pelajaran selesai dengan cara yang harus ditempuh untuk mencapai
perilaku tersebut.
Misalnya
pada mata pelajaran IPS di kelas IV, untuk satu tujuan pembelajaran khusus
metode apa yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Contoh : Hubungan TPK dengan metode
mengajar
Tujuan Pembelajaran Khusus
|
Alternatif Kegiatan
|
Siswa dapat menyebutkan pengertian koperasi
dengan benar
|
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang
pengertian koperasi. Siswa bertanya tentang pengertian koperasi
|
Sehingga alternatif metode mengajar
dalam pembelajaran mencapai TPK tersebut cenderung akan menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab. Setiap pemilihan metode mengajar guru harus mengkaji
terhadap kesesuaian antara perilaku yang diharapkan dalam tujuan dengan metode
mengajar. Dengan metode mengajar tersebut memungkinkan proses belajar mengajar
dapat membentuk kemampuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
B. Hubungan Pengalaman Belajar dengan Metode Mengajar
Setiap
metode mengajar masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam
membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling
menunjang. Pengalaman belajar (learning
experience) yang diharapkan adalah terjadi adanya aktivitas belajar yang
tinggi dari siswa. Pendekatan yang digunakan untuk membentuk pengalaman siswa
adalah cenderung dengan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses
merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan
kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa.
1.
Jenis Metode Mengajar dan
Pengalaman Belajar
Beberapa
metode mengajar hubungannya dengan pengalaman belajar yang kemungkinan banyak
atau sering digunakan oleh guru. Setiap metode mengajar masing-masing memiliki
keunggulan dalam membentuk kemampuan siswa. Dalam prosesnya penggunaan metode
harus dilakukan secara bervariasi yang memprioritaskan aktivitas siswa.
a.
Metode Ceramah (Lecture)
Metode
ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran
secara lisan dari guru. Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman
belajar (learning experience) yang
dapat diperoleh siswa seperti dibawah ini:
Karakteristik Metode
|
Pengalaman Belajar
|
1. Lebih bersifat
pemberian informasi berupa fakta dan ingatan.
2. Sistem pembelajaran
klasikal.
3. Jumlah siswa
relatif banyak.
4. Lebih banyak satu
arah.
5. Lebih diutamakan
gaya guru dalam berbicara, intonasi, improvisasi, semangat dan sistematika
pesan.
|
1. Berlatih
mendengarkan, menyimak.
2. Mengkaji apa yang
diceramahkan.
3. Pemahaman konsep.
4. Pemahaman prinsip.
5. Pemahaman fakta.
6. Proses mencatat
bahan pelajaran
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
1. Ekonomis waktu dan
biaya.
2. Sasaran siswa
relatif banyak.
3. Bahan pelajaran
sudah dipilih.
4. Guru dapat
mengulang secara mudah.
5. Lebih diutamakan
gaya guru dalam berbicara, intonasi, improvisasi, semangat dan sistematika
pesan.
|
1. Sulit untuk siswa
yang tidak terbiasa mendengarkan dan mencatat.
2. Kemungkinan
menimbulkan verbalisme.
3. Sangat kurang
memberikan kesempatan pada siswa.
4. Guru sebagai buku
pelajaran.
5. Cenderung belajar
ingatan.
6. Ada otoritas guru.
|
Untuk menunjang efektifitas penggunaan metode ceramah perlu
dipersiapkan kemampuan guru dan kondisi siswa yang optimal. Kemampuan guru
tersebut diantaranya:
a) Teknik ceramah
memungkinkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa.
b) Memberikan ilustrasi
yang sesui dengan bahan pelajaran.
c) Menguasai materi
pelajaran.
d) Menjelaskan
pokok-pokok bahan pelajaran secara sistematik.
e) Menguasai keseliruhan
siswa dalam kelas.
Untuk
kondisi siswa yang perlu diperhatikan dalam metode ini diantaranya adalah:
a) Kemampuan
mendengarkan dan mencatat bahan pelajaran.
b) Kemampuan awal yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
c) Kondisi yang
berhubungan dengan perhatian dan motivasi dalam belajar.
b.
Metode Diskusi
Metode
mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materi
melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan
pendapat atau keputusan secara bersama. Dalam metode ini memiliki karakteristik
pengalaman belajar (learning experience)
sebagai berikut:
Karakteristik Metode
|
Pengalaman Belajar
|
1. Bahan pelajaran
dengan topik permasalahan/persoalan
2. Adanya pembentukan
kelompok
3. Ada yang mengatur
pembicaraan
4. Aktivitas siswa
berpendapat
5. Mengarah pada suatu
kesimpulan
6. Guru lebih berperan
sebagai pembimbing/motivator
7. Siswa sebagai objek
dan subjek dalam pembelajaran
8. Melatih sistematika
logika berfikir
9. Melatih bahasa
lisan.
|
1. Pemahaman terhadap
persoalan belajar bersama ( Cooperative learning)
2. Pendapat orang lain
3. Pembentukan rasa
solidaritas terhadap pengambilan keputusan
4. Menerapkan cara
menyelesaikan persoalan
5. Menerapkan cara
menyampaikan pendapat.
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
1. Siswa bertukar
pikiran
2. Siswa dapat
menghayati masalah
3. Merangsang
siswa berpendapat
4. Mengembangkan rasa
solidaritas
5. Membina kemampuan
berbicara
6. Siswa belajar
memahami pikiran orang lain
7. Memberikan keempatan
belajar.
|
1. Relatif memerlukan
waktu yang banyak
2. Apabila siswa tidak
mamahami konsep dasar, diskusi tidak efektif
3. Terdapat perbedaan
kemampuan perbendaharaan bahasa
4. Guru tidak dapat
membimbing maka diskusi tidak efektif.
|
Kemampuan guru yang harus diperhatikan
untuk menunjang keberhasilan diskusi diantaranya adalah:
a) Mampu merumuskan
permasalahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b) Mampu membimbing
siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan serta menarik
kesimpulan.
c) Mampu mengelompokan
siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan dan pengembangan kemampuan siswa.
d) Mampu mengelola
melalui pembelajaran diskusi.
e) Menguasai
permasalahan yang didiskusikan.
Kondisi dan
kemampuan siswa yang harus diperhatiakan untuk menunjang pelaksanaan diskusi di antaranya:
a) Memiliki motivasi,
perhatian, dan minat dalam berdiskusi
b) Mampu melaksanakan
diskusi
c) Mampu belajar secara
bersama
d) Mampu mengeluarkan
isi pikiran atau pendapat/ide
e) Mampu memahami
pendapat orang lain.
c.
Metode Simulasi (simulation)
Metode
simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran
kelompok. Mengajar dengan simulasi objeknya bukan benda atau kegiatan yang
sebenarnya. Tetapi kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.
Ada
beberapa jenis model simulasi di antaranya adalah bermain peran (role playing) merupakan permainan dalam
bentuk dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah
diarahkan oleh guru. Simulasi ini menitikberatkan pada tujuan untuk mengingat
atau menciptakan peristiwa yang bermakna bagi kehidupan sekarang. Sosiodrama
adalah suatu kelompok yang belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan
masalah individu sebagai makhluk sosial. Misalnya hubungan antara anak dengan
orang tua, antara siswa dengan teman kelompoknya dan lain-lain.
Metode
simulasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan metode-metode yang lainnya,
karakteristik tersebut:
Karakteristik Metode
|
Pengalaman Belajar
|
1. Kegiatan
pembelajaran bukan pada objek sebenarnya
2. Kegiatan secara
kelompok
3. Aktivitas
komunikasi
4. Alternatif untuk
pembelajaran sikap
5. Peran guru sebagai
pembimbing
6. Ada topik
permasalahan
7. Ada peran yang
perlu dipermainkan
|
1. Pengalaman bermain
peran
2. Kemampuan kerja
sama
3. Sikap komunikasi
4. Membuat keputusan
5. Interaksi antar
siswa
6. Berpikir kritis
7. Sosialisasi
8. Pemahaman kejadian
masa lalu
9. Menganalisis
kejadian
10. Menginterpretasi
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
1. Siswa dapat
berinteraksi sosial dengan lingkungan
2. Siswa terlibat
langsung dalam pembelajaran
3. Siswa dapat
memahami permasalahan sosial
4. Membina hubungan
yang komunikatif
5. Siswa belajar
memahami pikiran orang lain.
|
1. Relatif memerlukan
waktu yang banyak
2. Apabila siswa tidak
memahami konsep simulasi tidak akan efektif
3. Sangat bergantung
pada aktivitas siswa
4. Pemanfaatan/bantuan
sumber belajar sulit
5. Adanya siswa yang
lambat, kurang minat dan kurang motivasi, simulasi kurang berhasil.
|
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang
metode simulasi diantaranya:
a) Kemampuan dalam
membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur dan peran dalam simulasi.
b) Memberikan ilustrasi.
c) Menguasai pesan yang
dimaksud dalam simulasi tersebut.
d) Dapat mengamati
secara proses, simulasi yang dilakukan oleh siswa dengan baik.
Adapun
kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode
simulasi adalah:
a) Kondisi minat, perhatian
dan motivasi siswa dalam bersimulasi.
b) Pemahaman terhadap
pesan yang akan disimulasikan.
c) Kemampuan dasar
berkomunikasi dan berperan.
d.
Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk
mempertunjukan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata
pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus yakin bahwa seluruh siswa
dapat memperhatikan (mengamati) terhadap objek yang akan didemonstrasikan.
Guru
dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan sampai
guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh.
Karakteristik,
Pengalaman Belajar, Keunggulan dan Kelemahan Metode Demonstrasi yaitu:
Karakteristik Metode
|
Pengalaman Belajar
|
1. Mempertunjukan
objek yang sebenarnya
2. Ada proses peniruan
3. Ada alat bantu yang
digunakan
4. Memerlukan tempat
yang strategis yang memungkinkan siswa aktif.
|
1. Mengamati sesuatu
pada objek sebenarnya.
2. Berfikir sistematis
3. Pemahaman terhadap
proses sesuatu
4. Menerapkan sesuatu
cara secara proses
5. Menganalisis
kegiatan secara proses
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
1. Siswa dapat
memahami sesuai objek sebenarnya
2. Dapat mengembangkan
rasa ingin tahu siswa
3. Siswa dibiasakan
untuk kerja secara sistematis
4. Siswa dapat
mengamati sesuatu secara proses
5. Siswa dapat
membandingkan pada beberapa objek.
|
1. Dapat menimbulkan
berfikir konkrit saja
2. Bila jumlah siswa
banyak efektivitas demonstrasi sulit dicapai
3. Bergantung pada
alat bantu
4. Bila demonstrasi
guru tidak sistematis, demonstrasi tidak berhasil
5. Banyak siswa yang
kurang berani.
|
Kemampuan
guru yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan demonstrasi.
Kemampuan tersebut diantaranya:
a) Mampu secara proses
tentang topik yang dipraktikkan.
b) Mampu mengelola
kelas, menguasai siswa secara menyeluruh.
c) Mampu menggunakan lat
bantu yang digunakan.
d) Mampu melasanakan
penilaian proses.
kondisi dan
kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi adalah:
a) Siswa memiliki
motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan.
b) Memahami tentang
tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan.
c) Mampu mengamati
proses yang dilakukan oleh guru.
d) Mampu
mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi.
e.
Metode Eksperimen
Metode
eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya
melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses.
Dengan
eksperimen dimaksudkan bahwa guru dan siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta
mengamati proses dan hasil pekerjaan. Dan setelah eksperimen selesai siswa
ditugaskan untuk membanding-bandingkan dengan hasil eksperimen yang lain
diskusikan bila ada perbedaan dan kekeliruan (Winarno: 1980: 90, Dalam bukunya Metodologi pengajaran Nasional
).
Karakteristik,
Pengalaman Belajar, Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen yaitu:
Karakteristik Metode
|
Pengalaman Belajar
|
1. Ada alat bantu yang
digunakan
2. Siswa aktif mencoba
3. Guru membimbing
4. Tempat dikondisikan
5. Ada pedoman untuk siswa
6. Ada topik yang
dieksperimenkan
7. Ada temuan-temuan
|
1. Mengamati sesuatu
2. Membuktikan
hipotesis
3. Menemukan hasil
percobaan
4. Membuat kesimpulan
5. Membangkitkan rasa
ingin tahu siswa
6. Menerapkan konsep
informasi dari eksperimen
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
1. Dapat membangkitkan
rasa ingin tahu siswa
2. Dapat membangkitkan
rasa ingi menguji sesuatu
3. Menimbulkan rasa
kurang puas, ingin lebih baik
4. Isi pembelajaran
dapat bersifat aktual
5. Siswa mampu
membuktikan sesuatu
6. Dapat mengembangkan
sikap kritis dan ilmiah.
|
1. Memerlukan alat
pembelajaran
2. Memerlikan waktu
yang relatif banyak
3. Bila siswa kurang
motivasi maka eksperimen tidak akan sukses
4. Sedikit sekolah
yang memiliki sarana untuk eksperimen
5. Siswa belum
terbiasa dengan eksperimen.
|
Kemampuan
guru yang harus diperhatikan agar metode eksperimen berhasil dengan baik
diantaranya:
a) Mampu membimbing
siswa dari merumuskan hipotesa sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta
membuat laporan eksperimen.
b) Menguasai konsep yang
dieksperimen.
c) Mampu mengelola
kelas.
d) Mampu memberikan
penilain secara proses.
kondisi dan
kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang eksperimen adalah:
a) Memiliki motivasi,
perhatian dan minat eksperimen.
b) Memiliki kemampuan
melaksanakan eksperimen.
c) Memiliki sikap yang
tekun, teliti dan kerja keras.
Masih banyak
metode lain yang dapat digunakan dalam pembelajran khususnya yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar. Dalam membentuk
pengalaman belajar siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki
kadar CBSA (Cara Belajar siswa Aktif) dan keterampilan proses, serta metode
mengajar digunakan secara multi metode dan bervariasi.
C.
Kondisi-kondisi dalam
Pencapaian Tujuan Belajar
Pada
hakikatnya tujuan pembelajaran harus menjadi acuan dan menentukan segala
aktivitas pembelajaran termasuk penentuan metode mengajar, sebagai perwujudan
dari salah satu prinsip utama dalam pengembangan pembelajaran, yaitu
berorientasi pada tujuan (goal oriented).
Dalam
mengidentifikasi kondisi-kondisi yang mendukung pencapaian tujuan belajar,
harus memahami tiga atribut pokok yang ada dalam konsep atau pengertian belajar
itu sendiri, atribut pokok dalam pengertian belajar itu adalah:
a) Bahwa belajar pada
hakikatnya merupakan suatu proses atau aktivitas, siswa dikatakan belajar kalau
terdapat aktivitas pada dirinya, baik secara fisik, mental (pikiran), maupun
emosional (perasaan).
b) Bahwa hasil belajar
yang diharapkan berupa perubahan-perubahan perilaku siswa (behavioral changes), baik aspek pengetahuannya, sikapnya, maupun
keterampilannya.
c) Bahwa pengalaman yang
terjadi dalam belajar ditekankan pada interaksi antara siswa dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik/alam maupun lingkungan sosial.
Setelah
memahami tiga atribut belajar di atas, selanjutnya perlu dikuasai beberapa
prinsip dalam belajar yaitu:
a) Belajar memerlukan
perhatian atau pemusatan pikiran dan perasaan terhadap sesuatu objek yang
dipelajari.
b) Belajar memerlukan
motivasi atau penggerak/dorongan.
c) Belajar memerlukan
baliakan (feedback) atau tanggapan.
d) Belajar terjadi
secara bertahap tidak sekaligus.
e) Belajar pada dasarnya
terjadi secara individu.
Apabila
atribut pokok dan prinsip-prinsip belajar tersebut sudah dipahami benar maka
sekarang sudah dapat menafsirkan kondisi-kondisi apa saja yang diperlukan agar
tujuan belajar yang diharapkan bisa tercapai dengan baik atau optimal.
Kondisi-kondisi
yang dianggap akan berpengaruh terhadap tujuan atau hasil belajar yang dicapai
oleh para siswa dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu kondisi-kondisi
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (kondisi internal), baik yang sifatnya fisik maupun psikis, dan
kondisi-kondisi yang datang dari luar diri siswa (kondisi eksternal).
Bagan kondisi yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan belajar
KONDISI INTERNAL
Keadaan fisik Rasa percaya diri
Sikap belajar Konsentrasi
Intelegensi Kebiasaan belajar
Motivasi dan sebagainya
PENCAPAIAN TUJUAN BELAJAR
Faktor Guru
Sarana dan prasarana pembelajaran
Lingkungan sosial siswa di sekolah
Kurikulum sekolah dan sebagainya
KONDISI EKSTERNAL
1. Kondisi-kondisi Internal
a.
Sikap Siswa Terhadap Belajar
Apa yang dimaksud dengan sikap belajar
ini? Sikap pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan
penilain tentang sesuatu yang membawa dirinya sesuai penilaian itu. Jika kita
memiliki penilain yang kurang baik terhadap sesuatu biasanya kita cenderung
untuk mengabaikan atau menolak sasuatu itu. Begitu pula siswa-siswa kita dalam
belajar. Penilaian siswa terhadap proses belajar akan mengakibatkan terjadinya
sikap dalam belajar tersebut, apakah sikap menerima, mengabaikan (acuh yak
acuh), atau bahkan menolak sama sekali. Contoh:
a) Doni kurang senang
dengan pelajaran matematika karena menurut penilaiannya pelajaran tersebut
sangat sulit dan memusingkan kepala. Dengan penilain tersebut, setiap pelajaran
matematika, sikap Doni acuh tak acuh, enggan belajar. Kondisi yang seperti ini
tentu saja akan merugikan dan pada akhirnya tujuan belajar tidak dapat
tercapai.
b) Susi senang
mempelajari pelajaran IPA karena ia menilai pelajaran tersebut banyak memberikan
wawasan pengetahuan tentang alam. Dalam hal ini terjadi sikap menerima pada
diri Susi terhadap pelajaran IPA tersebut. Kondisi tersebut akan membantu
tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
b.
Motivasi Belajar
Motivasi erat kaitanya dengan sikap belajar.
Jika sikap siswa terhadap belajar positif, maka ia akan termotivasi atau
terpacu untuk belajar. Motivasi belajar pada hakikatnya merupakan kekuatan
mental yang mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Apabila
motivasi belajar siswa kuat, maka kegiatan belajarnya akan meningkat,
sebaliknya apabila motivasinya lemah maka akan melemahkan kegiatan belajrnya,
dan berakibat mutu hasil belajrnya akan rendah. Artinya tujuan belajar tidak
akan tecapai sebagaimana mestinya.
Kuat lemahnya motivasi belajar siswa
banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri
siswaitu sendiri (intrinsik) maupun
yang berasal dari luar siswa (ekstrinsik).
Motivasi belajar yang sangat diharapkan terjadi, yaitu motivasi yang timbul
dari diri siswa itu sendiri, sebab motivasi ini memiliki kekuatan yang lebih
lama, lebih baik, dibandingakan motivasi lainnya. Apabila siswa sudah memiliki
motivasi pribadi dalam belajar maka sebenarnya tugas guru akan lebih ringan,
sebab siswa akan belajar dengan sendirinya, misalnya dengan mencari sendiri,
melakukan sendiri, menemukan sendiri dengan bantuan guru sedikit. Hal ini
berarti bahwa tujuan belajar dapat tercapai dengan lebih efektif
c. Konsentarasi Belajar Siswa
Bagaimana apabila anda mengajar tanpa adanya
konsentrasi? Tentu mengajar Anda tidak akan mencapai sasarannya, bukan? Untuk
mencapai tujuan belajar tentu memerlukan konsentrasi dalam belajar. Konsentrasi
dalam hal ini, yaitu kemampuan siswa dalam memusatkan perhatiannya pada
pelajaran. Pemusatan perhatian ini terutama tertuju pada isi bahan belajar atau
pada proses memperoleh bahan tersebut.
Untuk menumbuhkan konsentrasi belajar pada diri
siswa, selain menggunakan strategi belajar mengajar yang bervariasi, perlu
memperhitungkan waktu belajar yang digunakan. Menurut beberapa para ahli
psikologi belajar, dalam pengajaran yang bersifat klasiakal kekuatan perhatian
yang dimiliki siswa setelah 30 menit akan menurun. Oleh sebab itu disarankan
agar dalam menyajikan bahan ajar kepada para siswa, untuk memberikan istirahat
atau selingan selama beberapa menit saja untuk memulihkan kembali perhatian
siswa terhadap pelajaran yang diberikan.
d.
Rasa Percaya Diri Siswa
Kepercayaan
diri ini erat kaitannya dengan keberhasilan belajar. Semakin sering memperoleh
hasil yang baik dalam belajar maka semakin tinggi rasa percaya dirinya. Begitu
pula sebaliknya, semakin sering mengalami kegagalan maka rasa percaya diri
semakin menurun. Apabila rasa percaya diri ini menurun, siwa menjadi takut belajar
atau tidak mempunyai keberanian. Dengan kondisi seperti ini sudah jelas
tujuan belajar tidak akan tercapai. Biasanya rasa percaya diri siswa akan
timbul apabila ada pengakuan dari lingkungannya, seprti guru, orang tua, atau
teman-temannya.
e.
Inteligensi
Inteligensi
dapat dikatakan sebagai sejumlah kecakapan yang dimiliki siswa. Kecakapan
tersebut digunakannya untuk memecahkan masalah belajar atau masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Keberhasialn dalam belajar banyak dipengaruhi oleh
kualitas kecakapan atau inteligensi yang dimiliki siswa. Tingkat kecakapan
siswa dapat diperoleh dari hasil tes inteligensi yang dimiliki siswa. Dengan
tes tersebut maka dapat diketahui siswa mana yang kecakapannya berada pada
taraf normal (average), di bawah
noramal (under), atau di atas normal
(genius). Bagi siswa yang
kecakapannya di atas normal biasanya memiliki kecepatan belajar yang tinggi
sehingga pencapaian tujuan belajar bisa lebih cepat dibanding dengan
siswa-siswa lainnya. Yang harus diperhatikan, inteligensi atau kecakapan
tersebut sifat tetap, tidak berubah, tidak akan berkurang atau bertambah,
misalnya siswa yang tadi kecakapannya normal tidak akan menjadi genius. Oleh
karena itu, yang bisa diupayakan oleh para guru yaitu bagaimana mengoptimalkan
kecakapan yang diliki siswa dengan tingkat inteligensi yang dimilikinya.
2. Kondisi-kondisi Eksternal
a.
Guru Sebagai Pembimbing
Belajar
Setiap
guru dituntut memilikiberbagai kemampuan (kompetensi)
baik kemampuan profesinya, kemampuan pribadinya, atau kemampuan sosialnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut sangat mempengaruhi tercapainya tujuan belajar
siswa. Sebenarnya siswa memiliki potensi atau kemampuan untuk belajar sendiri.
Mungkin tidak tercapainya tujuan belajar itu karena guru terlalu mendominasi
atau menguasai proses belajar siswa, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan
untuk mencari atau menemukan sendiri apa yang dipelajarinya dan bagaimana
mempelajari sesuatu. Masalah kemandirian dalam belajar saat ini sering menjadi
sorotan. Timbulnya berbagai pendekatan atau strategi belajar mengajar
individual atau berbagai macam paket belajar individual adalah sebagai bukti
bahwa kemandirian dalam belajar ini mendapat perhatian yang lebih besar. Oleh
karena itu apabila guru-guru masih menguasai atau mendominasi proses
pembelajaran maka pada hakikatnya guru tersebut sudah ketinggalan zaman. Guru
masa kini sebenarnya bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator belajar yang
bertugas mengorganisasi atau mengatur lingkungan agar terjadi proses belajar
pada diri siswa.
b.
Sarana dan Prasarana Belajar
Sarana
beljara biasanya mencakup ketersediaan buku-buku pelajaran, fasilitas
laboratorium, dan alat serta media pembelajaran. Sedangkan prasarana
pembelajaran biasanya berkaitan dengan ruangan belajar, gedung sekolah, ruang
ibadah, ruang olahraga dan sebagainya. Bagaimanapun lengkapnya sarana dan
prasarana yang dimiliki belum menjadi jaminan terselenggaranya proses belajar
mengajar yang baik. Yang terpenting adalah bagaimana mengelola sarana dan
prasarana terebut untuk terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik
sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan apa yang diharapkan.
c.
Lingkungan Sosial Siswa
Setiap
siswa yang berada dalam lingkungan sosial di sekolah memiliki kedudukan dan
perananya masing-masing. Jika seorang siswa diterima di lingkungannya maka ia
akan dengan mudah dapat menyesuaikan diri, kondisi seperti ini akan mempermudah
dalam mencapai tujuan belajarnya. Sebaliknya apabila siswa ditolak
dilingkungannya, maka banyak hambatan yang akan dilaluinya dalam mencapai
tujuan belajar tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemilihan Metode mengajar harus mempertimbangkan
pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif, inovatif dan dikondisikan pada
pembelajaran yang bersifat problematis. Pembelajaran yang memungkinkan siswa
belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor
tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, faktor siswa, alokasi
waktu, dan fasilitas penunjang.
Pengalaman belajar (learning
experience) merupakan suatu proses atau hasil kegiatan belajar yang
dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam membentuk pengalaman
belajar siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki kadar CBSA
(Cara Belajar siswa Aktif) dan keterampilan proses, serta metode mengajar
digunakan secara multi metode dan bervariasi.
Kondisi-kondisi yang perlu
diidentifikasi dalam pencapaian tujuan belajar terdiri atas kondisi
internal,yaitu kondisi-kondisi yang berasal dari dalam diri siswa dan kondisi
eksternal, yaitu kondisi-kondisi yang timbul dari luar diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, B.S. 1956. Taxonomy
of Educational Objectives, the classification of education Goals, Hand Book I:
Cognitif domain . NewYork:
Longman.
Dimyati
dan Mudjiono. 1994. Belajar dan
Pembelajaran. Dirjen Dikti Depdikbud.
Herry
Hermawan, Asep, dkk. 2008. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran.
Jakarta: Universutas Terbuka.
Syaiful. B. Djamarah, dkk. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya.
Udin. S.
Winataputra, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Universitas Terbuka
Winarno Surachmad. 1980. Metodologi Pengajaran Nasional. Jemmars.