Sabtu, 30 Juni 2012

Hubungan Pembelajaran dengan Metode Mengajar


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, melainkan yang terpenting adalah bagaimana bahan pelajaran tersebut dapat disajikan dan dipelajari oleh siswa secara efektif dan efisien. Dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan tersebut tercapai dengan baik maka diperlukan kemampuan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar. Apabila kemampuan tersebut  telah dimiliki, maka akan lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Untuk membantu dalam memiliki kemampuan tersebut, maka dalam makalah ini  akan dibahas tentang :

1.      Hubungan tujuan pembelajaran dengan metode mengajar
2.      hubungan pengalaman belajar dengan metode mengajar
3.      kondisi yang diperlukan dalam pencapaian tujuan belajar.




BAB II
KAJIAN TEORITIK

A.    Pengertian Metode
Metode,adalah cara,yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad)                                             .
Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru)
untuk mencapai tujuan
B.     Pengertian Mengajar
Ada beberaapa pengertian yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan mengajar. Antara lain:                                  .  
1. Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa. 
 2. Definisi modern menolak Pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara lain : Nasution, yang merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar. 
3. Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif.

C.     Pengertian sekolah Dasar
Sekolah Dasar adalah tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan, dan didalamnya terjadi proses belajar dan pembelajaran dan interaksi antara guru dan peserta didik, pendidikan ini diselenggarakan utuk anak yang telah berusia tujuh tahun dengan asumsi bahwa anak dengan usia tersebut  mempunyai tingkat pemahaman dan pendidikan yang sesuai dengan dirinya.





BAB III
PEMBAHASAN


A.    Hubungan Pembelajaran dengan Metode Mengajar
Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan adanya alternatif metode mengajar yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam prosesnya guru perlu menggunakan metode mengajar secara bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya. 
1.      Prinsip dan Fungsi Metode Mengajar dalam Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:
a)         Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curriosity).
b)        Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
c)         Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
d)        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptis).
e)         Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri) terhadap sesuatu topik permasalahan.
f)         Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
g)        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study).
h)        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (cooperative learning).
i)          Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya.
Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
a)      Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b)      Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
c)      Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran.
d)     sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok.
Memperhatikan beberapa prinsip dan fungsi metode mengajar di atas, betapa metode mengajar ini sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus secara analisis dan fleksibel menentukan metode apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesian.
2.      Jenis dan Ranah Tujuan Pembelajaran
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai mengenal beberapa tingkatan antara lain, tujuan yang paling tinggi yaitu Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), kemudian dijabarkan ke dalam Tujuan satuan Pendidikan (Institusional), Tujuan bidang Studi/Mata Pelajaran, dan Tujuan Pembelajaran (Instruksional).
Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, misalnya SD, SMP, SMU dan seterusnya. Tujuan bidang studi adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu mata pelajaran atau suatu bidang studi, sedangkan tujuan instruksional adalah tujuan yang harus dicapai dalam suatu pokok bahasan tertentu.
Kriteria pokok dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yang harus dikembangkan oleh guru adalah sebagai berikut:
a)      Harus mengacu pada tujuan pembelajaran umum.
b)      Harus jelas dan berdasarkan perilaku yang dapat diamati (observable)
c)      Harus dapat diukur (measurable)
d)     Harus dirumuskan secara spesifik
e)      Harus menggambarkan adanya komponen ABCD, A (Audience/siswa), B (Behavior/perilaku), C (Condition/kondisi) dan D (Dregree/standar).

Menurut Benjamin S. Bloom (1956), dalam bukunya Taxonomy of Education Objectives, ranah tujuan pembelajaran terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor.
a.      Kognitif
a)      Pengetahuan, lebih menitikberatkan pada kemampuan mengetahui, atau untuk mengingat sesuatu.
b)      Pemahaman, lebih menekankan pada kemampuan menterjemahkan, memahami sesuatu.
c)      Penerapan, lebih menekankan pada kemampuan membuat, mengerjakan atau menggunakan teori/rumus.
d)     Analisis, lebih menekankan pada kemampuan mengkaji, menguraikan, membedakan, mengidentifikasi dan seterusnya.
e)      Sintesis, Lebih menekankan pada kemampuan menggabungkan, mengelompokan, menyusun, dan membuat rencana program.
f)       Evaluasi, Lebih menekankan pada kemampuan menilai berdasarkan norma atau kemampuan menilai pekerjaan sesuatu.
b.      Afektif
a)      Penerimaan, lebih menekankan pada kemampuan peka.
b)      Partisipasi, lebih menekankan pada turut serta pada suatu kegiatan.
c)      Penilaian dan penentuan sikap
d)     Organisasi.
e)      Pembentukan pola hidup, menekankan pada penghayatan hidup.
c.       Psikomotor
a)      Persepsi, lebih menekankan pada kemampuan berpendapat.
b)      Kesiapan, kemampuan bersiap diri secara fisik.

c)      Gerakan terbimbing, kemampuan dalam meniru pekerjaan yang lain atau meniru contoh.
d)     Gerakan terbiasa, keterampilan yang berpegang pada pola.
e)      Gerakan yang kompleks, keterampilan yang lincah, cepat dan lancar.
f)       Penyesuaian.
g)      Kreativitas, kemampuan dalam menciptakan pola baru.
Tujuan pembelajaran khusus dapat dikatakan sebagai anabling objectives artinya tujuan pembelajaran yang harus dicapai selama proses berlangsung sedangkan tujuan pembelajaran umum dapat dikatakan sebagai target objectives yang artinya tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai setelah pembelajaran selesai (Gagne: 1978; 97).

3.      Pentingnya Metode Mengajar dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran
Metode mengajar memiliki keterkaitan yang kuat dengan tujuan pembelajaran. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari gambaran perilaku yang harus dimiliki oleh siswa setelah jam pelajaran selesai dengan cara yang harus ditempuh untuk mencapai perilaku tersebut.
Misalnya pada mata pelajaran IPS di kelas IV, untuk satu tujuan pembelajaran khusus metode apa yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Contoh : Hubungan TPK dengan metode mengajar
Tujuan Pembelajaran Khusus
Alternatif Kegiatan
Siswa dapat menyebutkan pengertian koperasi dengan benar
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian koperasi. Siswa bertanya tentang pengertian koperasi

        Sehingga alternatif metode mengajar dalam pembelajaran mencapai TPK tersebut cenderung akan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Setiap pemilihan metode mengajar guru harus mengkaji terhadap kesesuaian antara perilaku yang diharapkan dalam tujuan dengan metode mengajar. Dengan metode mengajar tersebut memungkinkan proses belajar mengajar dapat membentuk kemampuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
B.     Hubungan Pengalaman Belajar dengan Metode Mengajar
Setiap metode mengajar masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang. Pengalaman belajar (learning experience) yang diharapkan adalah terjadi adanya aktivitas belajar yang tinggi dari siswa. Pendekatan yang digunakan untuk membentuk pengalaman siswa adalah cenderung dengan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa.
1.      Jenis Metode Mengajar dan Pengalaman Belajar
Beberapa metode mengajar hubungannya dengan pengalaman belajar yang kemungkinan banyak atau sering digunakan oleh guru. Setiap metode mengajar masing-masing memiliki keunggulan dalam membentuk kemampuan siswa. Dalam prosesnya penggunaan metode harus dilakukan secara bervariasi yang memprioritaskan aktivitas siswa.
a.      Metode Ceramah (Lecture)
Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru. Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman belajar (learning experience) yang dapat diperoleh siswa seperti dibawah ini:
Karakteristik Metode
Pengalaman Belajar
1.      Lebih bersifat pemberian informasi berupa fakta dan ingatan.
2.      Sistem pembelajaran klasikal.
3.      Jumlah siswa relatif banyak.
4.      Lebih banyak satu arah.
5.      Lebih diutamakan gaya guru dalam berbicara, intonasi, improvisasi, semangat dan sistematika pesan.
1.      Berlatih mendengarkan, menyimak.
2.      Mengkaji apa yang diceramahkan.
3.      Pemahaman konsep.
4.      Pemahaman prinsip.
5.      Pemahaman fakta.
6.      Proses mencatat bahan pelajaran


Keunggulan
Kelemahan
1.      Ekonomis waktu dan biaya.
2.      Sasaran siswa relatif banyak.
3.      Bahan pelajaran sudah dipilih.
4.      Guru dapat mengulang secara mudah.
5.      Lebih diutamakan gaya guru dalam berbicara, intonasi, improvisasi, semangat dan sistematika pesan.
1.      Sulit untuk siswa yang tidak terbiasa mendengarkan dan mencatat.
2.      Kemungkinan menimbulkan verbalisme.
3.      Sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa.
4.      Guru sebagai buku pelajaran.
5.      Cenderung belajar ingatan.
6.      Ada otoritas guru.
           
          Untuk menunjang efektifitas penggunaan metode ceramah perlu dipersiapkan kemampuan guru dan kondisi siswa yang optimal. Kemampuan guru tersebut diantaranya:
a)      Teknik ceramah memungkinkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa.
b)      Memberikan ilustrasi yang sesui dengan bahan pelajaran.
c)      Menguasai materi pelajaran.
d)     Menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran secara sistematik.
e)      Menguasai keseliruhan siswa dalam kelas.
Untuk kondisi siswa yang perlu diperhatikan dalam metode ini diantaranya adalah:
a)      Kemampuan mendengarkan dan mencatat bahan pelajaran.
b)     Kemampuan awal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
c)      Kondisi yang berhubungan dengan perhatian dan motivasi dalam belajar.

b.      Metode Diskusi
Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materi melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman belajar (learning experience) sebagai berikut:

Karakteristik Metode
Pengalaman Belajar
1.    Bahan pelajaran dengan topik permasalahan/persoalan
2.    Adanya pembentukan kelompok
3.    Ada yang mengatur pembicaraan
4.    Aktivitas siswa berpendapat
5.    Mengarah pada suatu kesimpulan
6.    Guru lebih berperan sebagai pembimbing/motivator
7.    Siswa sebagai objek dan subjek dalam pembelajaran
8.    Melatih sistematika logika berfikir
9.    Melatih bahasa lisan.
1.      Pemahaman terhadap persoalan belajar bersama ( Cooperative learning)
2.      Pendapat orang lain
3.      Pembentukan rasa solidaritas terhadap pengambilan keputusan
4.      Menerapkan cara menyelesaikan persoalan
5.      Menerapkan cara menyampaikan pendapat.


Keunggulan
Kelemahan
1.    Siswa bertukar pikiran
2.    Siswa dapat menghayati masalah
3.    Merangsang siswa  berpendapat
4.    Mengembangkan rasa solidaritas
5.    Membina kemampuan berbicara
6.    Siswa belajar memahami pikiran orang lain
7.    Memberikan keempatan belajar.
1.      Relatif memerlukan waktu yang banyak
2.      Apabila siswa tidak mamahami konsep dasar, diskusi tidak efektif
3.      Terdapat perbedaan kemampuan perbendaharaan bahasa
4.      Guru tidak dapat membimbing maka diskusi tidak efektif.
      
       Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan diskusi diantaranya adalah:
a)   Mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b)  Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan serta menarik kesimpulan.
c)   Mampu mengelompokan siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan dan pengembangan kemampuan siswa.
d)  Mampu mengelola melalui pembelajaran diskusi.
e)   Menguasai permasalahan yang didiskusikan.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatiakan untuk menunjang  pelaksanaan diskusi di antaranya:
a)   Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi
b)  Mampu melaksanakan diskusi
c)   Mampu belajar secara bersama
d)  Mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide
e)   Mampu memahami pendapat orang lain.
c.       Metode Simulasi (simulation)
Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Mengajar dengan simulasi objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya. Tetapi kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.
Ada beberapa jenis model simulasi di antaranya adalah bermain peran (role playing) merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan oleh guru. Simulasi ini menitikberatkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan peristiwa yang bermakna bagi kehidupan sekarang.  Sosiodrama adalah suatu kelompok yang belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah individu sebagai makhluk sosial. Misalnya hubungan antara anak dengan orang tua, antara siswa dengan teman kelompoknya dan lain-lain.

Metode simulasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan metode-metode yang lainnya, karakteristik tersebut:
Karakteristik Metode
Pengalaman Belajar
1.     Kegiatan pembelajaran bukan pada objek sebenarnya
2.     Kegiatan secara kelompok
3.     Aktivitas komunikasi
4.     Alternatif untuk pembelajaran sikap
5.     Peran guru sebagai pembimbing
6.     Ada topik permasalahan
7.     Ada peran yang perlu dipermainkan
1.     Pengalaman bermain peran
2.     Kemampuan kerja sama
3.     Sikap komunikasi
4.     Membuat keputusan
5.     Interaksi antar siswa
6.     Berpikir kritis
7.     Sosialisasi
8.     Pemahaman kejadian masa lalu
9.     Menganalisis kejadian
10. Menginterpretasi


Keunggulan
Kelemahan
1.     Siswa dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan
2.     Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran
3.     Siswa dapat memahami permasalahan sosial
4.     Membina hubungan yang komunikatif
5.     Siswa belajar memahami pikiran orang lain.
1.     Relatif memerlukan waktu yang banyak
2.     Apabila siswa tidak memahami konsep simulasi tidak akan efektif
3.     Sangat bergantung pada aktivitas siswa
4.     Pemanfaatan/bantuan sumber belajar sulit
5.     Adanya siswa yang lambat, kurang minat dan kurang motivasi, simulasi kurang berhasil.



         Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode simulasi diantaranya:

a)  Kemampuan dalam membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur dan peran dalam simulasi.
b)  Memberikan ilustrasi.
c)  Menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi tersebut.
d) Dapat mengamati secara proses, simulasi yang dilakukan oleh siswa dengan baik.
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode simulasi adalah:
a)  Kondisi minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bersimulasi.
b)  Pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan.
c)  Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.
d.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap objek yang akan didemonstrasikan.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh. 
Karakteristik, Pengalaman Belajar, Keunggulan dan Kelemahan Metode Demonstrasi yaitu:

Karakteristik Metode
Pengalaman Belajar
1.     Mempertunjukan objek yang sebenarnya
2.     Ada proses peniruan
3.     Ada alat bantu yang digunakan
4.     Memerlukan tempat yang strategis yang memungkinkan siswa aktif.
1.     Mengamati sesuatu pada objek sebenarnya.
2.     Berfikir sistematis
3.     Pemahaman terhadap proses sesuatu
4.     Menerapkan sesuatu cara secara proses
5.     Menganalisis kegiatan secara proses

Keunggulan
Kelemahan
1.     Siswa dapat memahami sesuai objek sebenarnya
2.     Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa
3.     Siswa dibiasakan untuk kerja secara sistematis
4.     Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses
5.     Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek.
1.     Dapat menimbulkan berfikir konkrit saja
2.     Bila jumlah siswa banyak efektivitas demonstrasi sulit dicapai
3.     Bergantung pada alat bantu
4.     Bila demonstrasi guru tidak sistematis, demonstrasi tidak berhasil
5.     Banyak siswa yang kurang berani.

Kemampuan guru yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan demonstrasi. Kemampuan tersebut diantaranya:
a)      Mampu secara proses tentang topik yang dipraktikkan.
b)      Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh.
c)      Mampu menggunakan lat bantu yang digunakan.
d)     Mampu melasanakan penilaian proses.
kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi adalah:
a)      Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan.
b)      Memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan.
c)      Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru.
d)     Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi.
e.       Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses.
Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru dan siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil pekerjaan. Dan setelah eksperimen selesai siswa ditugaskan untuk membanding-bandingkan dengan hasil eksperimen yang lain diskusikan bila ada perbedaan dan kekeliruan (Winarno: 1980: 90, Dalam bukunya Metodologi pengajaran Nasional ).
Karakteristik, Pengalaman Belajar, Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen  yaitu:
Karakteristik Metode
Pengalaman Belajar
1.     Ada alat bantu yang digunakan
2.     Siswa aktif mencoba
3.     Guru membimbing
4.     Tempat dikondisikan
5.     Ada pedoman untuk siswa
6.     Ada topik yang dieksperimenkan
7.     Ada temuan-temuan
1.     Mengamati sesuatu
2.     Membuktikan hipotesis
3.     Menemukan hasil percobaan
4.     Membuat kesimpulan
5.     Membangkitkan rasa ingin tahu siswa
6.     Menerapkan konsep informasi dari eksperimen




Keunggulan
Kelemahan
1.   Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa
2.   Dapat membangkitkan rasa ingi menguji sesuatu
3.   Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik
4.   Isi pembelajaran dapat bersifat aktual
5.   Siswa mampu membuktikan sesuatu
6.   Dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah.
1.     Memerlukan alat pembelajaran
2.     Memerlikan waktu yang relatif banyak
3.     Bila siswa kurang motivasi maka eksperimen tidak akan sukses
4.     Sedikit sekolah yang memiliki sarana untuk eksperimen
5.     Siswa belum terbiasa dengan eksperimen.

Kemampuan guru yang harus diperhatikan agar metode eksperimen berhasil dengan baik diantaranya:
a)      Mampu membimbing siswa dari merumuskan hipotesa sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan eksperimen.
b)      Menguasai konsep yang dieksperimen.
c)      Mampu mengelola kelas.
d)     Mampu memberikan penilain secara proses.
kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang eksperimen adalah:
a)      Memiliki motivasi, perhatian dan minat eksperimen.
b)      Memiliki kemampuan melaksanakan eksperimen.
c)      Memiliki sikap yang tekun, teliti dan kerja keras.
Masih banyak metode lain yang dapat digunakan dalam pembelajran khususnya yang sering digunakan dalam proses pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar. Dalam membentuk pengalaman belajar siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki kadar CBSA (Cara Belajar siswa Aktif) dan keterampilan proses, serta metode mengajar digunakan secara multi metode dan bervariasi.

C.    Kondisi-kondisi dalam Pencapaian Tujuan Belajar
Pada hakikatnya tujuan pembelajaran harus menjadi acuan dan menentukan segala aktivitas pembelajaran termasuk penentuan metode mengajar, sebagai perwujudan dari salah satu prinsip utama dalam pengembangan pembelajaran, yaitu berorientasi pada tujuan (goal oriented).
Dalam mengidentifikasi kondisi-kondisi yang mendukung pencapaian tujuan belajar, harus memahami tiga atribut pokok yang ada dalam konsep atau pengertian belajar itu sendiri, atribut pokok dalam pengertian belajar itu adalah:
a)      Bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses atau aktivitas, siswa dikatakan belajar kalau terdapat aktivitas pada dirinya, baik secara fisik, mental (pikiran), maupun emosional (perasaan).
b)      Bahwa hasil belajar yang diharapkan berupa perubahan-perubahan perilaku siswa (behavioral changes), baik aspek pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya.
c)      Bahwa pengalaman yang terjadi dalam belajar ditekankan pada interaksi antara siswa dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik/alam maupun lingkungan sosial.
Setelah memahami tiga atribut belajar di atas, selanjutnya perlu dikuasai beberapa prinsip dalam belajar yaitu:
a)      Belajar memerlukan perhatian atau pemusatan pikiran dan perasaan terhadap sesuatu objek yang dipelajari.
b)      Belajar memerlukan motivasi atau penggerak/dorongan.
c)      Belajar memerlukan baliakan (feedback) atau tanggapan.
d)     Belajar terjadi secara bertahap tidak sekaligus.
e)      Belajar pada dasarnya terjadi secara individu.
Apabila atribut pokok dan prinsip-prinsip belajar tersebut sudah dipahami benar maka sekarang sudah dapat menafsirkan kondisi-kondisi apa saja yang diperlukan agar tujuan belajar yang diharapkan bisa tercapai dengan baik atau optimal.
Kondisi-kondisi yang dianggap akan berpengaruh terhadap tujuan atau hasil belajar yang dicapai oleh para siswa dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu kondisi-kondisi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (kondisi internal), baik yang sifatnya fisik maupun psikis, dan kondisi-kondisi yang datang dari luar diri siswa (kondisi eksternal).

Bagan kondisi yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan belajar

KONDISI INTERNAL

Keadaan fisik                          Rasa percaya diri
Sikap belajar                            Konsentrasi
Intelegensi                               Kebiasaan belajar
Motivasi                                  dan sebagainya

PENCAPAIAN TUJUAN BELAJAR
                                               
Faktor Guru
Sarana dan prasarana pembelajaran
Lingkungan sosial siswa di sekolah
Kurikulum sekolah dan sebagainya

KONDISI EKSTERNAL

1.      Kondisi-kondisi Internal
a.      Sikap Siswa Terhadap Belajar
        Apa yang dimaksud dengan sikap belajar ini? Sikap pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan penilain tentang sesuatu yang membawa dirinya sesuai penilaian itu. Jika kita memiliki penilain yang kurang baik terhadap sesuatu biasanya kita cenderung untuk mengabaikan atau menolak sasuatu itu. Begitu pula siswa-siswa kita dalam belajar. Penilaian siswa terhadap proses belajar akan mengakibatkan terjadinya sikap dalam belajar tersebut, apakah sikap menerima, mengabaikan (acuh yak acuh), atau bahkan menolak sama sekali. Contoh:
a)  Doni kurang senang dengan pelajaran matematika karena menurut penilaiannya pelajaran tersebut sangat sulit dan memusingkan kepala. Dengan penilain tersebut, setiap pelajaran matematika, sikap Doni acuh tak acuh, enggan belajar. Kondisi yang seperti ini tentu saja akan merugikan dan pada akhirnya tujuan belajar tidak dapat tercapai.
b)  Susi senang mempelajari pelajaran IPA karena ia menilai pelajaran tersebut banyak memberikan wawasan pengetahuan tentang alam. Dalam hal ini terjadi sikap menerima pada diri Susi terhadap pelajaran IPA tersebut. Kondisi tersebut akan membantu tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.

b.      Motivasi Belajar
        Motivasi erat kaitanya dengan sikap belajar. Jika sikap siswa terhadap belajar positif, maka ia akan termotivasi atau terpacu untuk belajar. Motivasi belajar pada hakikatnya merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Apabila motivasi belajar siswa kuat, maka kegiatan belajarnya akan meningkat, sebaliknya apabila motivasinya lemah maka akan melemahkan kegiatan belajrnya, dan berakibat mutu hasil belajrnya akan rendah. Artinya tujuan belajar tidak akan tecapai sebagaimana mestinya.
        Kuat lemahnya motivasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswaitu sendiri (intrinsik) maupun yang berasal dari luar siswa (ekstrinsik). Motivasi belajar yang sangat diharapkan terjadi, yaitu motivasi yang timbul dari diri siswa itu sendiri, sebab motivasi ini memiliki kekuatan yang lebih lama, lebih baik, dibandingakan motivasi lainnya. Apabila siswa sudah memiliki motivasi pribadi dalam belajar maka sebenarnya tugas guru akan lebih ringan, sebab siswa akan belajar dengan sendirinya, misalnya dengan mencari sendiri, melakukan sendiri, menemukan sendiri dengan bantuan guru sedikit. Hal ini berarti bahwa tujuan belajar dapat tercapai dengan lebih efektif

c.       Konsentarasi Belajar Siswa
Bagaimana apabila anda mengajar tanpa adanya konsentrasi? Tentu mengajar Anda tidak akan mencapai sasarannya, bukan? Untuk mencapai tujuan belajar tentu memerlukan konsentrasi dalam belajar. Konsentrasi dalam hal ini, yaitu kemampuan siswa dalam memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Pemusatan perhatian ini terutama tertuju pada isi bahan belajar atau pada proses memperoleh bahan tersebut.
Untuk menumbuhkan konsentrasi belajar pada diri siswa, selain menggunakan strategi belajar mengajar yang bervariasi, perlu memperhitungkan waktu belajar yang digunakan. Menurut beberapa para ahli psikologi belajar, dalam pengajaran yang bersifat klasiakal kekuatan perhatian yang dimiliki siswa setelah 30 menit akan menurun. Oleh sebab itu disarankan agar dalam menyajikan bahan ajar kepada para siswa, untuk memberikan istirahat atau selingan selama beberapa menit saja untuk memulihkan kembali perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan.

d.      Rasa Percaya Diri Siswa
Kepercayaan diri ini erat kaitannya dengan keberhasilan belajar. Semakin sering memperoleh hasil yang baik dalam belajar maka semakin tinggi rasa percaya dirinya. Begitu pula sebaliknya, semakin sering mengalami kegagalan maka rasa percaya diri semakin menurun. Apabila rasa percaya diri ini menurun, siwa menjadi  takut belajar  atau tidak mempunyai keberanian. Dengan kondisi seperti ini sudah jelas tujuan belajar tidak akan tercapai. Biasanya rasa percaya diri siswa akan timbul apabila ada pengakuan dari lingkungannya, seprti guru, orang tua, atau teman-temannya.

e.       Inteligensi
Inteligensi dapat dikatakan sebagai sejumlah kecakapan yang dimiliki siswa. Kecakapan tersebut digunakannya untuk memecahkan masalah belajar atau masalah dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasialn dalam belajar banyak dipengaruhi oleh kualitas kecakapan atau inteligensi yang dimiliki siswa. Tingkat kecakapan siswa dapat diperoleh dari hasil tes inteligensi yang dimiliki siswa. Dengan tes tersebut maka dapat diketahui siswa mana yang kecakapannya berada pada taraf normal (average), di bawah noramal (under), atau di atas normal (genius). Bagi siswa yang kecakapannya di atas normal biasanya memiliki kecepatan belajar yang tinggi sehingga pencapaian tujuan belajar bisa lebih cepat dibanding dengan siswa-siswa lainnya. Yang harus diperhatikan, inteligensi atau kecakapan tersebut sifat tetap, tidak berubah, tidak akan berkurang atau bertambah, misalnya siswa yang tadi kecakapannya normal tidak akan menjadi genius. Oleh karena itu, yang bisa diupayakan oleh para guru yaitu bagaimana mengoptimalkan kecakapan yang diliki siswa dengan tingkat inteligensi yang dimilikinya. 

2.      Kondisi-kondisi Eksternal
a.      Guru Sebagai Pembimbing Belajar
Setiap guru dituntut memilikiberbagai kemampuan (kompetensi) baik kemampuan profesinya, kemampuan pribadinya, atau kemampuan sosialnya. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat mempengaruhi tercapainya tujuan belajar siswa. Sebenarnya siswa memiliki potensi atau kemampuan untuk belajar sendiri. Mungkin tidak tercapainya tujuan belajar itu karena guru terlalu mendominasi atau menguasai proses belajar siswa, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mencari atau menemukan sendiri apa yang dipelajarinya dan bagaimana mempelajari sesuatu. Masalah kemandirian dalam belajar saat ini sering menjadi sorotan. Timbulnya berbagai pendekatan atau strategi belajar mengajar individual atau berbagai macam paket belajar individual adalah sebagai bukti bahwa kemandirian dalam belajar ini mendapat perhatian yang lebih besar. Oleh karena itu apabila guru-guru masih menguasai atau mendominasi proses pembelajaran maka pada hakikatnya guru tersebut sudah ketinggalan zaman. Guru masa kini sebenarnya bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator belajar yang bertugas mengorganisasi atau mengatur lingkungan agar terjadi proses belajar pada diri siswa.

b.      Sarana dan Prasarana Belajar
Sarana beljara biasanya mencakup ketersediaan buku-buku pelajaran, fasilitas laboratorium, dan alat serta media pembelajaran. Sedangkan prasarana pembelajaran biasanya berkaitan dengan ruangan belajar, gedung sekolah, ruang ibadah, ruang olahraga dan sebagainya. Bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki belum menjadi jaminan terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik. Yang terpenting adalah bagaimana mengelola sarana dan prasarana terebut untuk terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan apa yang diharapkan.

c.       Lingkungan Sosial Siswa
Setiap siswa yang berada dalam lingkungan sosial di sekolah memiliki kedudukan dan perananya masing-masing. Jika seorang siswa diterima di lingkungannya maka ia akan dengan mudah dapat menyesuaikan diri, kondisi seperti ini akan mempermudah dalam mencapai tujuan belajarnya. Sebaliknya apabila siswa ditolak dilingkungannya, maka banyak hambatan yang akan dilaluinya dalam mencapai tujuan belajar tersebut.




BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
            Pemilihan Metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif, inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematis. Pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, faktor siswa, alokasi waktu, dan fasilitas penunjang.
     Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu proses atau hasil kegiatan belajar yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam membentuk pengalaman belajar siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki kadar CBSA (Cara Belajar siswa Aktif) dan keterampilan proses, serta metode mengajar digunakan secara multi metode dan bervariasi.
Kondisi-kondisi yang perlu diidentifikasi dalam pencapaian tujuan belajar terdiri atas kondisi internal,yaitu kondisi-kondisi yang berasal dari dalam diri siswa dan kondisi eksternal, yaitu kondisi-kondisi yang timbul dari luar diri siswa.




DAFTAR PUSTAKA

Bloom, B.S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives, the classification of education Goals, Hand Book I: Cognitif domain . NewYork: Longman.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Dirjen Dikti Depdikbud.
Herry Hermawan, Asep, dkk. 2008. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Universutas Terbuka.
Syaiful. B. Djamarah, dkk. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT. Asdi       Mahasatya.
Udin. S. Winataputra, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka
Winarno Surachmad. 1980. Metodologi Pengajaran Nasional. Jemmars.